Refleksi – Memori masa TK

1996. Saat itu umur ku menginjak 5 tahun. Aku memiliki saudara laki-laki berumur 1 tahun. Sepanjang yang aku ingat Bapak  berdagang di pasar Kutawis setiap rabu & minggu, ke pasar Kejobong setiap senin & sabtu, juga mengabdi di madrasah, juga masih kuliah dan Ibu juga mengabdi dan kuliah di tempat yang sama. Mereka menikah pada 27 Juni 1990, 1.5 tahun kemudian aku lahir.
Terkadang aku ikut mereka belajar di Universitas Terbuka di Banjarnegara. Ibu dan aku naik bus untuk kesana dari Mandiraja. Sepanjang perjalanan aku terus menatap detikan jam di bus yang menunjukan pukul 08.30 WIB .

Suatu pagi tiba-tiba bapak mengajak ku naik sepeda ontel, bertanya ‘Kamu mau sekolah?’ aku kira aku akan masuk SD seperti Siti tetangga ku karena aku beberapa kali ‘ngintil’ Siti ke kelas 1. Ternyata aku di ajak ke Nambangan (desa sebelah). Aku ingat saat sampai di TK RA Guppi  aku melihat 3 anak berpakaian rapi yang tak terpisahkan 2 anak laki-laki dan 1 perempuan aku sama sekali tidak ingat nama mereka, mereka yang selalu memisahkan diri atau aku yang tak mendekat. Mereka berseragam dan yang lainnya termasuk aku berpakaian bebas (belum mendapat seragam). Kemudian aku melihat sekeliling ku ada anak yang menangis nama nya Atun dia menangis merengek ingin ikut sekolah dengan kakaknya di SD tapi dia belum cukup umur. Disana aku bertemu Rudi Wagiono dan Karti Rohimah yang nantinya berangkat dan pulang bersama ke TK.
Saat berangkat ke TK aku, Rudi, dan Karti kadang ditemani Neneknya Rudi melewati turunan dan tanjakan  untuk sampai Nambangan, atau menyebrang kali lewat rumah Atun biasanya sepatu akan basah kalau tidak dilepas  dan dijinjing pastinya.
Gedung sekolah itu hanya sebuah ruangan berwarna putih, terbuat dari anyaman bambu, dan di bagian bawahnya berlubang cukup  untuk dilewati anak TK, aku melihat Badri keluar masuk bermain-main di lubang itu. Ketika masuk jam istirahat, loker mainan dibuka dan anak-anak berebut mainan (seperti mainan masak-masakan) atau berebut naik ayunan.
Tiba-tiba aku terpesona melihat gadis kecil cantik sekali berambut panjang membawa toples berisi kupu-kupu, namanya Intan Laili Susi Nur Fadilah. Dia yang tercantik, bicaranya sopan, senyumnya indah, dan enak di pandang mata.
Semua buku murid dikumpulkan ketika pulang sekolah dan ditinggal di meja Bu Guru. Aku  pun menandai buku ku dengan coretan-coretan panjang untuk membedakan buku ku yang berwarna orange dengan yang lainnya. Saat itu aku masih buta huruf dan angka.
Kebiasaan ketika akan pulang sekolah yaitu menyanyikan lagu 'sayonara' bersama-sama. Sesaat sebelum pulang sekolah anak-anak Nambangan akan mulai menakut-nakuti kami kalau di turunan Song ada setan dan pernah ada orang yang hilang disana. Kami ketakutan dan kadang minta di antar orang dewasa untuk mengawasi kami di turunan Song.
Di turunan Song beberapa kali terjadi kecelakaan. Sampai sekarang aku dewasa tak berani menengok di turunan Song. Jika berjalan kaki aku akan berlari sambil membaca do’a, jika naik kendaraan aku akan menutup mata dan berdo’a sampai melewati tanjakan dan turunan Song. Saat musim hujan kami bertiga kesulitan berjalan melewati tanjakan Song dan aku terjatuh terseret beberapa kali disana. Sampai TK baju kotor dan basah kuyub. Buku tabungan ku kata Bu Siti Khotidjah kaya ‘mendoan’ mlempem. Pulangnya kami bermain air di sepanjang jalan toh bajunya sudah kotor.
Bu Siti Khotidjah asalnya Kutawis berjilbab dan berkacamata. Kadang ketika uang saku ku habis aku minta uang ke Bu Guru lol entah apa yang ku pikirkan saat itu dengan entengnya bilang ‘Bu minta uang buat jajan’ biasanya diberi permen sama Bu Guru.
Suatu hari aku merengek ikut Bu Guru ke rumahnya, aku bilang mau nginep. Rudi dan Karti bilang ‘nanti dimarahi Bapak lo’ aku ngeyel akhirnya Bu Guru nitip pesan ke Rudi dan Karti kalau aku ke rumah Bu Guru. Aku pun mbonceng sepeda Bu Guru. Sampai rumahnya di masakin telor dan di tinggal nyuci baju. Selesai makan bingung mau ngapain aku di kasih Jajan, Bu Guru jualan Jajanan di rumah. Aku resah, terus minta pulang. Bu Guru bingung katanya pingin nginep ko sekarang minta pulang dan Bu Guru ngga tahu rumah ku. Bu Guru minta bantuan nyariin Bapak ku di Pasar Kutawis karena tahu Bapak dagang disana. Tapi siang itu Pasar sudah bubar gubrak!... tidak tahu bagaimana cerita nya Bapak muncul sore itu di rumah Bu Guru setelah nanyain aku ke  Rudi dan Karti.
Aku ingat masa TK anak-anak suka permen karet dan beberapa kali Bu Guru bantu gunting rambut anak-anak yang kena permen karet termasuk aku. Kadang anak-anak iseng nempelin permen karet ke rambut temannya karena tahu nanti si korban rambutnya akan di potong buat ngilangin permennya.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk " Refleksi – Memori masa TK"

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar baik saran maupun kritik. Komentar yang masuk akan muncul pada kolom komentar setelah di approve. Terimakasih atas pengertiannya.